Jumat, 20 September 2019

Sumber Sejarah India

Sumber Sejarah India
Nama India sebelum tahun 1947  dipakai untuk menyebut wilayah Anak Benua Asia (Karena begitu besar). Istilah Anak Benua Asia secara geopolitik meliputi satu kesatuan wilayah terdiri tujuh negara, meliputi; India, Pakistan, Bhutan, Nepal, Bangladesh, Maladewa, dan Srilangka. N. Daldjoeni menyebut wilayah itu sekitar 40 kali pulau Jawa atau dua kali kepulauan Indonesia. Namun sebutan India sesudah 1947 hanyalah wilayah negara yang diberi status dominion oleh Inggris pada tanggal 15 Agustus 1947. Sedangkan Pakistan diberi status dominion pada tanggal 14 Agustus 1947, tepatnya delapan jam lebih awal dibandingkan pemberian status dominion untuk India. Sementara itu sesudah 1947 lahirlah sejumlah negara, diantaranya; Srilangka (1948), dan Bangladesh (1971).
 Istilah Anak Benua Asia secara geopolitik meliputi satu kesatuan wilayah terdiri tujuh ne Sumber Sejarah India

Pada zaman kuno atau zaman belum ada tulisan (nirleka) banyak hambatan, diantaranya karena keterbatasan sumber informasi yang belum dapat dibaca. Keterbatasan sumber sangat mempengaruhi terbukanya tabir rahasia pengetahuan tentang India. Sumber sejarah yang memberikan keterangan tentang India kuno banyak tertulis beratus-ratus tahun kemudian. Sumber itu kebanyakan berupa kitab-kitab yang berisi riwayat dan tidak dimaksudkan untuk peringatan/kesejahteraan, namun dimaksudkan untuk kepentingan yang lain, misalnya untuk menyanjung seorang raja ataupun sekedar kenang-kenangan untuk karya sastra.
 Istilah Anak Benua Asia secara geopolitik meliputi satu kesatuan wilayah terdiri tujuh ne Sumber Sejarah India


Secara global sumber India dapat dibagi menjadi lima:
  1. Riwayat-riwayat dan berita-berita yang terkandung dalam peringatan saja, diberitakan oleh suatu generasi kepada generasi berikutnya, dan disampaikan secara lisan. Pada suatu waku peringatan itu dianggap penting, barulah dituliskan. Akhirnya terbentuklah berbagi kitab tarikh, kakawin,( menggunakan tembang atau metrum dari wangsapatrapatita, aswlalita), syair, undang-undang, sastra dan lain-lain.
  2. Kisah-kisah perjalanan ditulis atau dilaporkan oleh orang dari luar negeri yang pernah menjunjungi India, terutama musafir-musafr dari negeri Tiongkok. Namun kisah perlu dipertanyakan kejujuran pelapor dan Obyektivitas laporannya.
  3. Peninggalan-peninggalan atau bekas-bekas bangunan yang tersebar di seluruh wilayah, mungkin berupa; candi stupa, istana, gua, vihara,benteng,kota, barang-barang kebudayaan yang bertatahkan tulisan atau gambar dari bahan batu, tembaga, atau kepingan logam dan sebagainya.
  4. Kitab-kitab yang ditulis oleh para pujangga-pujangga, biasanya atas perintah seorang raja tentang sesuatu yang terjadi selama seorang raja yang berkuasa (bersifat kronik atau tarikh menurut urutan kejadian).
  5. Dalam kakawin-kakawin yang tertera dalam epos Mahabharata dan Ramayana banyak memuat keterangan-keterangan tentang agama dan keadaan masyarakat. Biasanya diuraikan oleh penulis dengan tidak memperhatikan waktu atau masa saat peristiwa itu terjadi. Akibatnya sukar mengetahui kapan peristiwa itu berlangsung.



Berita-berita dari orang asing, namun perlu dicermati untuk kepentingan apa mereka memberitakan India atau hanya sekedar memberitakan tentang India. Diantaranya berita-berita itu sebagai berikut:
  1. Herodotus (bapak sejarah) yang menceriterakan tentang India. Herodotus menyebut India dengan nama Sindhu yang cocok untuk menyebut nama sungai Indhus yang mengalir di Pakistan.
  2. Megasthenes, duta Yunani, yang disebut-sebut pernah tinggal di istana Pataliputra saat pemerintahan Chandragupta Maurya. Megasthenes mengurai cukup lengkap dan rinci tentang keindahan istana, keadaan masyarakat Hindu dan pengaruh kebudayaan Yunani pada masyarakat India. Prof. Dr. Sartono Kartodirjo dalam bukunya masyarakat kuno dan kelompok-kelompok Sosial yang diterbitkan Bhratara Karya Aksara (1977) juga menjelaskan kora Athena yang panjang dan sempit, terletak sepanjang 9 mil di tepi sungai Gangga, dan menjorok sepanjang 1,50 mil ke daratan. Kebanyakan tempat hunian (rumah, Istana sampai gubug-gubug kecil) mempunyai atap ijuk atau genting yang berbentuk bulat panjang dengan ujung (atap) yang runcing, sering diberi hiasan.
  3. Arzian, pengikut dan sekaligus penulis yang baik dalam melaporkan ekspedisi Alexander Agung sejak dari Yunani, masuk Asia Minor, Mesir, dan Persia, serta pernah berada di Punyab, kemudian meninggalkan India dengan menyusuri sungai Indhus.
  4. Fa-hien, musafir Tiongkok yang beragama Budha, disebut-sebut pernah berziarah ke India semasa dinasti Guspa (399-414). Musafir Tiongkok lainnya yang pernah berkunjung ke India, yaitu Hiuen-tsang dan I-tsing juga menulis terntang India.
  5. Alberuni, seorang pujangga Islam dan pernah mengikuti Mahmud Ghazni dari Afghanistan ke Hindhustan. Pujangga ini menguraikan keberhasilan tokoh Islam itu menaklukan raja-raja Hindu kemudian merampas kekayaan dan mengangkut tawanan perangnya untuk dibawa ke Ghazna Afghanistan. Laporan pujangga ini cukup lengkap dan teliti.
  6. Marco Polo, seorang pedagang Venesia Italia, yang pernah mengunjungi India dan Tiongkok pada saat pemerintahan Khubilai Khan dalam pemerintahannya yang berakhibat Marco Polo meninggalkan Tiongkok, singgah sebentar di India dan terus kembali ke Italia.



Peninggalan-peninggalan purbakala peradaban India, yang dapat dipakai untuk membantu menguak tabir rahasia peradaban bangsa India, misal berupa;
  1. Mata uang yang menginformasikan pemerintahan raja, permaisuri atau masyarakat khusus pada zamannya, contoh: mata uang Harsha duduk di atas tahta.
  2. Batu-batu bertulis biasanya berisi tentang perintah raja, pengumuman dari raja atau nasehat raja, hadiah raja, atau hukuman keagamaan, yang dijatuhkan oleh raja. Ashokawardhana banyak meninggalkan stambadharmawijaya.
  3. Bangunan-bangunan yang mencerminkan kemajuan kerajaan atau sekedar gambaran peradaban bangsa, misalnya: reruntuhan bangunan kota di lembah Indhus, bekas istana Pataliputra, candi/kuil Kailasa, gua hasil pahatan batu gunung (Gua Korokan), kuil di Karlin, dan lain-lain.



Salah satu sumber sejarah India adalah tradisi, yang terdapat dalam karya sastra. Karya sastra banyak memberikan informasi tentang India, antara lain;
  1. Kitab kesusastraan yang bersifat keagamaan Hindu atau Budha, misal; silpasastra ( buku tuntunan pembuatan bangunan-bangunan), arthasastra (kitab undang-undang), dan lain-lain. Menurut Arthasastra dianjurkan agar warga masyarakat menyediakan sebuah sumur umum bagi setiap sepuluh keluarga yang  tinggal di kota.
  2. Kitab-kitab Purana. Purana juga disebut kitab yang disucikan oleh golongan penyembah Wisnu dan Syiwa. Purana, ada yang mengartikan adat dan pengetahuan kuno, juga dijadikan pegangan kehidupan. Isinya berbagai macam ceritera kuno, juga dijadikan pegangan hidup di kalangan masyarakat mengenai kehidupan para dewa, pencipta dunia, dan lain-lain. Dalam purana berisi mitos kosmogonik, legenda kuno, pengetahuan theologis, astronomis dan alam semesta. Purana ada 18 buah buku memuat panca laksana, meliputi: surga, pratisurga, wamsa (asal-usul para dewa/resi), manwantarani (berkaitan dengan manu), dan wamsanucarita (sejarah raja-raja yang memerintah dunia). Epos Ramayana diperkirakan ditulis antara 400 S.M-200 M dengan isi 7 Kanda.  Sedangkan epos Mahabharata ditulis sekitar 400 S.M-400 M oleh Wysa setebal 200.000 baris atau 100.000 sloka. Wiracarita ini terdiri atas 18 parwa.
  3. Kitab bahasa Pali, misal Kisah Jataka yang berisi uraian tentang biografi Sidharta Gautama ( juga dipahatkan pada dinding Candi Borobudur).
  4. Epos Ramayana dan Mahabarata. Epos Ramayana Karya Walmiki mengisahkan percintaan Rama dengan Sita dan berkelanjutan perjuangan menegakan kebenaran dengan menaklukan kerajaan Alengka yang diperintah oleh Rahwana. Epos ini setebal 48.000 baris atau 24.000 sloka.(keterangan tambahan setiap satu Sloka= 2 baris)
  5. Bana pernah menulis Harsha Charita yang mengisahkan tentang pribadi  Harshawardhana dan kejayaannya sebagai raja Arya.
  6. Sandgyakara menulis Rama Charita yang menceritakan tentang raja-raja Pala.
  7. Kamasutra berisi pedoman bagi orang muda yang ingin berekreasi terutama dalam bidang seks. Kamasutra juga menganjurkan agar para cerdik pandai menyediakan sebuah ruangan khusus untuk tempat patung-patung, ukiran-ukiran kayu serta patung-patung dari tanah liat.

India memiliki sejumlah pakar sejarah. Dari sejumlah pakar sejarah India tidak semuanya orang India, bahkan terdapat pakar sejarah berkebangsaan Inggris. Pakar sejarah antara lain Prof. Sundaram Pillai, R. D. Bannerji, Prof. Gills, Sir John Marshall, K. P. Pathak, R. C. Majumdar, Vincent Smith, K. A. Nilakantha Sastri, K. P. Jayaswal, D. R. Bhandarkar, Coomaraswamy, dan S. K. Aiyangar. Dengan memperhatikan nama-nama pakar sejarah India dapatlah diklsifikasikan menjadi dua, yaitu; orang India dan orang Inggris. Hal ini dapat dimaklumi, Inggris sekitar 350 tahun berkuasa di daerah India.

Sumber Bacaan